Sabtu, 28 Januari 2017

ITIL (Information Technology Infrastructure Library)

ITIL atau Information Technology Infrastructure Library adalah suatu rangkaian dengan konsep dan teknik pengelolaan infrastruktur, pengembangan, serta operasi teknologi informasi (TI). ITIL diterbitkan dalam suatu rangkaian buku yang masing-masing membahas suatu topik pengelolaan (TI). Nama ITIL dan IT Infrastructure Library merupakan merek dagang terdaftar dari Office of Government Commerce (OGC) Britania Raya. ITIL memberikan deskripsi detil tentang beberapa praktik (TI) penting dengan daftar cek, tugas, serta prosedur yang menyeluruh yang dapat disesuaikan dengan segala jenis organisasi (TI).

ITIL dibangun sejak tahun 1980 oleh The Central Computer and Telecommunications Agency (CCTA), sekarang disebut Office of Government Commerce (OGC).  Pada awalnya ITIL terdiri dari 40 publikasi.  ITIL diadopsi oleh perusahaan-perusahaan di Eropa sekitar tahun 1990-an, dan sejak itu berkembang dengan pesat.  ITIL digunakan baik oleh perusahaan maupun oleh government.

Pada tahun 2001 ITIL versi 2 dikeluarkan, terdiri dari 8 publikasi.  Beberapa tahun kemudian ITIL ini menjadi IT Service Management best practice yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.

ITIL versi 3 datang pada tahun 2007 dengan 5 publikasi yaitu Service Strategy, Service Design, Service Transition, Service Operation and Continual Service Improvement. Versi ini menekankan pada integrasi antara bisnis dengan IT dan menekankan pada pendekatan lifecycle untuk  service management.
 
      Manfaat ITIL: 
1.  Peningkatan kepuasanpengguna dan pelanggan dengan layanan IT 
2.  Ketersediaan layanan yang meningkat, langsung berdampak pada keuntungan usaha 
3.  Penghematan keuangan dari berkurangnya rework, kehilangan waktu, pengelolaan 
      sumber daya manajemen yang lebih baik 
4   Perbaikan time to market produk dan jasa baru 
5.  Pengambilan keputusan yang lebih baik 
6.  Minimasi resiko
 
Siklus Layanan ITIL
Kelima bagian ITIL yang disebutkan di atas dikenal sebagai bagian dari Siklus Layanan ITIL (ITIL Service Lifecycle).


A.  Service Strategy

Service Strategy merupakan inti dari siklus layanan ITIL ( ITIL Service Lifecycle). Service Strategy memberikan panduan kepada pengimplementasi ITSM pada bagaimana memandang konsep ITSM bukan hanya sebagai sebuah kemampuan organisasi (dalam memberikan, mengelola serta mengoperasikan layanan TI), tetapi juga sebagai sebuah aset strategis perusahaan. Panduan ini disajikan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar dari konsep ITSM, acuan-acuan serta proses-proses inti yang beroperasi di keseluruhan tahapan ITIL Service Lifecycle.
Topik-topik yang dibahas dalam tahapan lifecycle ini mencakup :
1.  Pembentukan pasar untuk menjual layanan
2.  Tipe-tipe dan karakteristik penyedia layanan internal maupun eksternal
3.  Aset-aset layanan
4.  Konsep portofolio layanan
5.  Strategi implementasi keseluruhan ITIL Service Lifecycle.
Selain itu, di dalam Service Strategy juga terdapat proses-proses yang dicakup di dalamnya seperti :
1.  Service Portofolio Management
2.  Financial Management
3.  Demand Management
Bagi organisasi TI yang baru akan mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk menentukan tujuan atau sasaran serta ekspektasi nilai kinerja dalam mengelola layanan TI serta untuk mengidentifikasi, memilih serta memprioritaskan berbagai rencana perbaikan operasional maupun organisasional di dalam organisasi TI.
Bagi organisasi TI yang saat ini telah mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk melakukan review strategis bagi semua proses dan perangkat (roles, responsibilities, teknologi pendukung, dll) ITSM di organisasinya, serta untuk meningkatkan kapabilitas dari semua proses serta perangkat ITSM tersebut.

B.  Service Design

Manfaat dari Service Design di sini adalah memberikan panduan kepada organisasi TI untuk dapat secara sistematis dan best practice mendesain dan membangun layanan TI maupun implementasi ITSM itu sendiri. Sebelum pembuatan sebuah layanan TI, sudah seharusnya layanan TI tersebut harus di desain terlebih dahulu dengan acuan tujuan bisnis dari pelanggan agar layanan TI tersebut dapat memberikan manfaat kepada pihak bisnis.
Layanan dari Service Design berisi prinsip-prinsip dan metode-metode desain yang berguna untuk mengkonversi tujuan-tujuan strategis organisasi TI dan bisnis menjadi portofolio atau koleksi layanan TI serta aset-aset layanan, seperti server, storage dan sebagainya.
Ruang lingkup dari Service Design tidak hanya untuk mendesain layanan TI baru, namun juga proses-proses perubahan maupun peningkatan kualitas layanan, kontinuitas layanan maupun kinerja dari layanan.
Proses-proses yang dicakup dalam Service Design yaitu:
1.       Service Catalog Management
2.       Service Level Management
3.       Supplier Management
4.       Capacity Management
5.       Availability Management
6.       IT Service Continuity Management
7.       Information Security Management

C.  Service Transition
Service Transition menyediakan panduan kepada organisasi TI untuk dapat mengembangkan serta kemampuan untuk mengubah hasil desain layanan TI baik yang baru maupun layanan TI yang diubah spesifikasinya ke dalam lingkungan operasional. Tahapan lifecycle ini memberikan gambaran bagaimana sebuah kebutuhan yang didefinisikan dalam Service Strategy kemudian dibentuk dalam Service Design untuk selanjutnya secara efektif direalisasikan dalam Service Operation.
Proses-proses yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
1.       Transition Planning and Support
2.       Change Management
3.       Service Asset & Configuration Management
4.       Release & Deployment Management
5.       Service Validation
6.       Evaluation
7.       Knowledge Management

D.  Service Operation
Service Operation merupakan tahapan lifecycle yang mencakup semua kegiatan operasional harian dari pengelolaan layanan-layanan TI. Di dalam Service Operation terdapat berbagai panduan cara bagaimana mengelola layanan TI secara efisien dan efektif serta menjamin tingkat kinerja yang telah diperjanjikan dengan pelanggan sebelumnya. Panduan-panduan ini mencakup bagaiman menjaga kestabilan operasional layanan TI serta pengelolaan perubahan desain, skala, ruang lingkup serta target kinerja layanan TI.
Proses-proses yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
1.       Event Management
2.       Incident Management
3.       Problem Management
4.       Request Fulfillment
5.       Access Management

E.  Continual Service Improvement (CSI)
Continual Service Improvement (CSI) memberikan panduan penting dalam menyusun serta memelihara kualitas layanan dari proses desain, transisi dan pengoperasiannya. CSI mengkombinasikan berbagai prinsip dan metode dari manajemen kualitas, salah satunya adalah Plan-Do-Check-Act (PDCA) atau yang dikenal sebagi Deming Quality Cycle.

Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/ITIL
 
 

COBIT 5

 
 
COBIT atau Control Objectives for Information and Related Technology merupakan kerangka kerja tata kelola IT Governance Framework dan kumpulan perangkat yang mendukung dan memungkinkan para manager untuk menjembatani jarak yang ada antara control requirement, technical issues dan bussiness risk.
          COBIT versi 5 atau COBIT 5 adalah edisi terbaru dari Framework COBIT ISACA yang menyediakan penjabaran bisnis secara end-to-end. COBIT 5 menyediakan prinsip-prinsip, praktek-praktek, alat-alat analisa yang telah diterima secara umum untuk meningkatkan kepercayaan dan nilai sistem-sistem informasi dan juga dibangun berdasarkan pengembangan dari COBIT 4.1 dengan mengintegrasikan Val IT dan Risk IT dari ISACA, ITIL, dan standar-standar yang relevan dari ISO.

COBIT 5 memiliki 5 perinsip dasar:
1. Pemenuhan kebutuhan Stakeholder
Berguna untuk pendefinisan prioritas untuk implementasi, perbaikan, dan jaminan. 
2. Covering enterprise end-to-end
Bermanfaat untuk mengintegrasikan tata kelola TI perusahaan kedalam tata kelola perusahaan. Sistem tata kelola TI yang diusung COBIT 5 dapat menyatu dengan sistem tata kelola perusahaan dengan mulus.
3. Applying a single intergrated framework
Sebagai penyelarasan diri dengan standar dan framework relevan lain, sehingga perusahaan memapu menggunakan COBIT 5 sebagai framework tata kelola umum dan integrator.
4. Enabling a holistic approach
COBIT 5 memandang bahwa setiap enabler saling memperngaruhi satu sama lain dan menentukan apakah penerapan COBIT 5 akan berhasil.
5. Separating governance from management
COBIT membuat perbedaan yang cukup jelas antara tata kelola dan manajemen. Kedua hal tersebut mencakup brbagai kegiatan yang berbeda, memerlukan struktur organisasi yang berbeda, dan melayani untuk tujuan yang berbeda pula.

Tulisan 3

Analisis PR Bukalapak.com Public Relations  di sini berperan penting sebagai mediator. Bukalapak.com memposisikan seorang  Public...