APLIKASI SISTEM INFORMASI
GOGRAFIS UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN
STRATEGIS PARIWISATA PANTAI BILATO DI KABUPATEN
GORONTALO
PENDAHULUAN
Kawasan Strategis
Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata
atau memiliki potensi
untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting
dalam satu atau lebih
aspek
seperti yang termuat dalam Undang-Undang
No. 10
Tahun 2009. Pariwisata memiliki
peran yang besar dalam pembangunan nasional, karena selain
menghasilkan pendapatan
daerah, juga sekaligus sebagai penghasil devisa negara. Sektor
pariwisata berkaitan erat
dengan penanaman modal asing, termasuk
mereka yang berhubungan bisnis dengan Indonesia
(Rani, 2014). Sumberdaya dan potensi
pesisir di Indonesia sangat besar
dan belum sepenuhnya
di manfaatkan menjadi objek daya tarik wisata. Hal tersebut
menunjukan bahwa kawasan pantai
Indonesia dapat
menjadi sumber daya ekonomi dan
pesona tersendiri (Kurniawan, et al., 2011), seperti halnya di Kabupaten Gorontalo yang
merupakan salahsatu wilayah yang
didominasi oleh
bentanglahan pesisir.
Daerah Kabupaten
Gorontalo memiliki aset pariwisata yang terdiri dari 8 buah obyek
wisata alam, 2 buah obyek
wisata sejarah budaya dan 2 buah
obyek wisata buatan. Salahsatu
obyek wisata alam tersebut
adalah Pantai Bilato yang merupakan
kawasan strategis pariwisata menurut Perturan Daerah Provinsi Gorontalo No. 4 Tahun 2011. Letaknya di Desa Taulaa
Kecamatan Bilato yang dahulunya termasuk
Kecamatan Boliyohuto (Gambar 1). Desa
Taulaa merupakan salahsatu desa
kedua terbesar di Kecamatan Bilato
setelah Desa Bilato yaitu dengan
luas 18.27 km2. Desa Taulaa
memiliki morfologi yang bervariasi, mulai dari dataran
rendah sampai dataran tinggi yakni 11 km2 dan pegunungan 41 km2 (BPS Kab. Gorontalo,
2016). Desa Taulaa terletak
di antara 0° 29.942' LU dan 122° 41.223'
BT. Desa ini terdiri atas
dua dusun yaitu Dusun I dan
Dusun II. Secara administrasi desa ini berbatasan dengan
Desa Ilomata
bagian Utara, Desa Pelehu
Bagian barat, Desa Huwongo Kec.
Biluhu bagian Timur dan Teluk
Tomini bagian Selatan.
Jumlah penduduk secara keseluruhan
adalah 830 jiwa yang terdiri
dari
432
jiwa laki-laki dan 398 jiwa perempuan,
serta
terdiri atas 208 kepala keluarga. Luas area atau area pemukiman di Desa Taulaa adalah 36 ha, perkebunan 16 ha, pekarangan 50 ha,
perkantoran 1 ha, sarana
umum lainnya
4 ha,
hutan rakyat 293 ha, area
penggunaan lainnya 64 ha, luas hutan
4960 ha,
serta perkebunan 2 ha (BPS,
2016).
Gambar
1. Peta Lokasi Pantai
Bilato
(sumber: GoogleEarth,2016)
Pantai Bilato
memiliki pantai dengan
hamparan pasir putih yang
disekitarnya ditumbuhi
tanaman produksi tahunan
yaitu kelapa. Selain itu pantai ini mempunyai ciri khas laut yang jernih yang tidak bergelombang sehingga cukup aman bagi pengunjung. Pantai Bilato sudah
memiliki beberapa daya
tarik sebagai tempat wisata, hanya
saja terdapat
beberapa kekurangan seperti dari segi fasilitas
dan aksesibilitas yang memadai untuk menarik
wisatawan. Sebagai
salahsatu wilayah yang termasuk
dalam kawasan strategis pariwisata di
Kab. Gorontalo,
tentu diperlukan sebuah konsep pengembangan oleh Pemerintah setempat untuk dapat menarik
wisatawan yang sekiranya akan
menjadi salahsatu pendapatan daerah dalam
bidang pariwisata.
METODE DAN DATA
Konsep atau strategi
pengembangan Pantai
Bilato, dilakukan dengan melakukan survei
lapangan, yaitu
melakukan penilaian terhadap akses lokasi, fasilitas, serta objek daya tarik
wisata yang ada. Selain
itu dilakukan
juga
validasi wawancara
dengan metode kuisioner yang melibatkan pengunjung, masyarakat setempat serta
pemerintah daerah sebagai pengelola tempat
wisata. Data yang didapatkan
akan diolah
dan dianalisis
dengan menggunakan metode SWOT yang
merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses),
peluang (opportunities), dan ancaman
(threats)
untuk suatu spekulasi
bisnis. Alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian adalah Global Positioning System (GPS) tipe Oregon
650 yang
digunakan untuk mengetahui posisi geografis,
kamera untuk dokumentasi di lapangan,
dan alat tulis menulis. Adapun
bahan yang digunakan adalah perangkat kuisioner untuk wawancara serta foto citra yang dari Google Earth untuk
membuat peta lokasi penelitian dan analisis pengembangan
Pantai Bilato.
Penelitian di obyek
wisata Pantai Bilato di lakukan untuk menyusun konsep
pengembangan pantai
sebagai kawasan strategis pariwisata dengan menggunakan metode
analisis spasial berbasis SIG
yang di
lengkapi data observasi dan wawancara.
Pengumpulan data melalui observasi
dilakukan dengan mengamati obyek wisata menggunakan kamera yang
meliputi:
1. Atraksi wisata, yakni semua
data yang
berkaitan dengan potensi alam di
Pantai Bilato.
2.
Amenitas, adalah data
yang berupa
fasilitas yang ada seperti cottage,
warung, WC umum, air bersih dan
lain sebagainya
dan,
3. Aksesibilitas, yaitu data yang
berkaitan dengan kemudahan menjangkau obyek
wisata.
Wawancara merupakan
teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder
berupa informasi pengunjung
wisata Pantai Bilato, adat istiadat dan peninggalan-peninggalan
bersejarah yang dapat
diperoleh dari
instansi terkait seperti Dinas Pariwisata,
pengelola wisata dan lembaga masyarakat. Data yang
di peroleh
baik data primer maupun
data sekunder
akan dianalisis secara deskriptif kualitatif yang
diimplementasikan secara
spasial. Analisis deskriptif
kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan
apa saja yang
saat ini
berlaku, di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat,
dan menginterpretasikan
kondisi dan situasi yang ada
secara benar, sedangkan dalam implementasinya secara spasial dengan menggunakan
perangakat SIG untuk mempermudah
pembuatan jalur aksesibilitas menuju Pantai Bilato,
konsep fasilitas dan sebagainya. Dengan demikian hasil dari penelitian ini merupakan strategi dan upaya
perencanaan yang dapat
digunakan pemerintah dalam
mengelola kawasan
strategis pariwisata Pantai Bilato agar dapat
menjadi lebih baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Atraksi Pantai Bilato diantaranya
yaitu memiliki keindahan laut dan
pemandangan sekitar
yang juga menarik.
Laut biru yang tenang menjadi salah satu keunggulan pantai ini karena
sangat aman bagi pengunjung.
Selain itu di sepanjang garis pantainya merupakan
pasir
putih yang melengkapi potensi Pantai Bilato sebagai tempat wisata (Gambar 2). Berdasarkan
wawancara dengan masyarakat setempat,
bahwa pantai bilato ini merupakan
pantai yang sangat strategis dan potensi
untuk di jadikan sebagai pelabuhan,
karena kapal pesiar sering berlabuh
di pantai ini. Hal ini
seiring dengan rencana Pemerintah
Kabupaten Gorontalo yang saat ini
akan menjadikan kawasan Taulaa dan sekitarnya menjadi area pelabuhan terbesar di daerah
Kabupaten Gorontalo. Adapun
berdasarkan observasi di lapangan, dapat diketahui bahwa
penggunaan lahan
di Sekitar Pantai Bilato adalah pertanian jagung dan tanaman produksi
tahunan yaitu kelapa.
Sehingga selain dapat dikembangkan wisata bahari, Pantai Bilato
juga berpotensi untuk dikembangkan
fasilitas untuk wisata kuliner.
Pengunjung Pantai Bilato
60%
pada kelompok
umur
19-25 tahun, 20% kelompok
umur
26-32 tahun, 15% kelompok umur 33-39 tahun dan 5% pada kelompok umur 40-46 tahun. Dari data hasil wawancara dan pengamatan di lapangan seperti yang cantumkan pada Gambar 3, dapat diketahui bahwa pengunjung wisata Pantai Bilato lebih banyak wisatawan berumur 19 sampai dengan wisatawan yang berumur 25 tahun dengan tujuan untuk berlibur dan jalan-jalan sekaligus melakukan penelitian. Hal ini disebabkan oleh keberadaan Pantai Bilato yang cukup jauh dari pusat kabupaten/kota Gorontalo sekitar 62 km sekitar 2 jam perjalanan menggunakan kendaraan roda empat dan minimnya tempat-tempat peristrahatan untuk para pengunjung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
masyarakat setempat (Gambar 4), diketahui
bahwa sebagian besar berpendapat bahwa Pantai Bilato
cukup baik jika di lihat dari
segi daya tarik
wisatanya, namun
tak jarang juga masyarakat yang mengatakan Pantai Bilato kurang baik,
karena mereka memandang
dari segi pengelolaan wisata yang tidak terarah dan tidak
berkembang. Wisatawan yang berkunjung
ke Pantai
Bilato menilai bahwa pantai ini
sangat baik dengan 1 responden,
7 responden dengan penilaian baik serta 17 responden menilai Pantai
Bilato kurang baik (Gambar 5). Secara umum
dapat disimpulkan bahwa keadaan Pantai
Bilato perlu untuk dikembangkan. Wisatawan
yang berkunjung
ke
Pantai Bilato belum puas
dengan ketersediaan produk wisata terutama pelayanan
(amenitas), karena di Pantai
Bilato pelayanan dari segi fasilitas
wisata tidak memadai bahkan hampir tidak tersedia. Sehingga daya tarik
wisata juga harus
didukung dengan kebutuhan
wisatawan yang berkunjung dari segi
pelayanan dan fasilitas.
Strategi pengembangan
Pantai Bilato berdasarkan hasil analisis
SWOT
Kondisi Pantai Bilato berdasarkan hasil survei lapangan dan wawancara sangatlah
memprihatinkan. Dari segi fasilitas
wisata (amenitas) atau semua yang
terkait dengan pelayanan baik dari pengelola
wisata maupun infrastruktur wisata
sangat kurang memadai bagi wisatawan
(Gambar 6). Keadaan pantai yang hanya memiliki
1 gazebo
dan 1
kamar mandi saat ini sudah
rusak sehingga belum
mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung, meski dari segi
atraksi pantai cukup
bervariasi dan menarik. Untuk itulah harus dibuat sebuah strategi
pengembangan Pantai Bilato agar lebih
menarik perhatian wisatawan (Gambar 7),
diantaranya penyediaan spot rekreasi air (berenang dan memancing), fasilitas kamar ganti dan mandi,
adanya pusat kuliner
dan sentra oleh-oleh, serta sarana tempat parkir, tempat
penginapan/cottage, sarana ibadah dan hal-hal lain
yang dianggap
perlu lainnya. Tidak hanya
itu, pemerintah setempat juga
harus gencar dalam hal promosi
wisata agar dapat menarik minat
wisatawan.
KESIMPULAN
Kawasan Pantai
Bilato yang cukup luas dengan
daya
tarik yang cukup menarik minat
wisatawan untuk berkunjung.
Untuk itu haruslah ada upaya
dari pemrintah setempat dan juga
masyarakat untuk membenahi kekurangan
yang ada.
Pengembangan dan pengelolaan yang baik
dapat dilakukan beberapa cara
seperti berikut:
1. Promosi dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang Pantai
Bilato ke media-media
sosial dan media
cetak (koran, majalah) serta media
eletronik (radio dan televisi). Tujuannya
untuk memperkenalkan obyek wisata kepada
masyarakat luas.
2. Perbaikan Aksesibilitas,
Amenitas dan Fasilitas segera mungkin
untuk dilakukan, agar dapat menjadi salahsatu tempat berwisata yang
menjadi kebanggan tidak hanya
buat pemerintah
dan masyarakat, tetapi juga
Indonesia secara Internasional.
SARAN
1. Hasil implementasi tidak hanya di kota tersebut namun bisa dikembangkan ke beberapa kota lainnya
2. Adanya maintenance secara berkala untuk menghindari penurunan kualitas sistem serta kerusakan pada sistem yang telah dibuat.